Journal Gamas

Label


lisensi

September 02, 2022, 08.15 WIB
Last Updated 2022-09-02T01:15:25Z
EksosbudHeadline

Tradisi Saptonan Kembali Digelar,Dalam Rangka Memperingati Hari Jadi ke-524 Kuningan

Advertisement



KUNINGAN | JOURNALGAMAS.COM,-


Setelah 2 tahun vakum akibat pandemi Covid -19, akhirnya tradisi saptonan kembali digelar oleh Pemerintah Kabupaten Kuningan, Gelaran kearifan lokal tradisi Kuningan, sapton atau saptonan serta panahan tradisional menjadi salah satu daya tarik yang tidak bisa lepas menjadi tontonan dan tuntunan masyarakat Kuningan, tradisi ini kembali digelar dalam rangka memperingati Hari jadi ke-524 Kuningan, yang bertempat di lapangan sepak bola Desa Ancaran Kecamatan Kuningan.Kamis (1/09/2022)

Acara ini selalu diringi dengan Parade keprajuritan, Atraksi seni dari tiap -tiap kademangan, seba kademanagan ke raja (Bupati), ketangkasan dalam berkuda, dan panahan tradisional. Sehingga ketika kita menyaksikan terasa berada dijaman dahulu, hal ini karena dukungan pakaian tradisional dan iringan musik kasundaan.

Dimulainya acara ini dengan mempersembahkan seni Tari dan Tari Panahan, serta Doa, dan Pembacaan Sinopsis Sapton. Dalam acara gelaran tersebut, di ceritakan tentang Kerajaan Kajene (Kuningan) kembali menampakan diri dengan raja, atau adipati, patih, mantri jero, hingga para tumenggungnya.

Dengan memakai pakaian zaman kerajaannya, tampak lima Kawadanan beserta pasukannya beriringan satu persatu untuk menampilkan atraksi seni, seba dan keunikan lainnya ke bupati atau raja  dilanjutkan dengan laporan dari pupuhu demang dan langsung di balas oleh bupati atau raja.

Selanjutnya, penyerahan seba dari tiap kawedanan dan penyerahan simbolis tombak dan panah kepada Jugul dan peserta panahan oleh bupati/raja,  serta atraksi kejuaraan ketangkasan dalam berkuda, diakhiri dengan panahan tradisional oleh Forkopimda.

Tradisi Saptonan dan Panahan Tradisional ini menggambarkan Kerajaan Kajene (Kuningan) pada zaman dahulu kala, yang sekarang ditampilkan dalam kemasan atraksi pagelaran seni budaya dengan keunikan yang demikian menarik,” ungkap Bupati H. Acep Purnama

Bupati Acep menerangkan, Dahulu, Saptonan merupakan acara rutin setiap hari Sabtu setelah kegiatan seba upeti (persembahan hasil bumi) yang dilaksanakan di sekitar Kerajaan Kajene, kegiatan ini mempunyai makna demikian mendalam seperti, heroisme, dan patriotisme dalam bela negara, serta kebersamaan antara pemerintah dan rakyatnya. Yang pada Intinya, Saptonan sebagai refleksi dalam menjalin kehidupan sosial masyarakat, rasa kekeluargaan antara rakyat dan pemerintahnya.

Bupati berharap budaya yang bernilai sejarah dan tradisi tinggi ini bisa menjadi ciri mandiri atau icon Kabupaten Kuningan yang memiliki kekayaan keindahan alam luar biasa.

Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Kuningan, Dr. H. Toto menyebutkan, para peserta Saptonan ini terdiri dari Adipati (sekarang bupati), Patih (Wakil Bupati), Mantri Jero (Sekda), Gedeng (Asisten Daerah/Kadis), Demang (Camat), dimana Kademangan di Kuningan terdiri dari Sura Adipati (wilayah Kecamatan Kuningan), Jaya Giri (wilayah Kecamatan Cilimus), Mandala Jaya (wilayah Kecamatan Ciawigebang), Raksa Kancana Jaya (wilayah Kecamatan Luragung), dan Bratasana Jaya (wilayah Kecamatan Kadugede).

Selain itu ada tumenggung, sekarang kepala desa atau lurah, prajurit adalah para staf kecamatan atau desa dan kelurahan, serta gundal atau jugul yakni juru pelihara kuda dan kusir,” ucapnya.

Ia menuturkan, bahwa Saptonan ini pernah meraih penghargaan penampilan terunik pada ajang Festival Olahraga Tradisional Tingkat Nasional (Fotradnas) ke-12 di Solo beberapa waktu silam. Dan itu dapat dijadikan event bergengsi untuk menarik kunjungan wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri.

Sementara untuk peserta Panahan Tradisional dari anggota Perpani Kabupaten Kuningan, Sedangkan untuk peserta ketangkasan berkuda, yakni mereka yang telah menguasai keahlian menunggang kuda. “Di acara kali ini hanya 20 orang yang telah direkomendasikan organisasi Pendokar Kuningan. Pungkas Toto. (RIS)