Journal Gamas

Label


lisensi

Agustus 21, 2023, 07.49 WIB
Last Updated 2023-08-21T00:49:04Z
EksosbudHeadline

IPPMK Gelar Festival Budaya, Sekda Dian: Pentingnya Merawat dan Melestarikan Bahasa Daerah di Era Modern

Advertisement

KUNINGAN | JOURNALGAMAS.COM,-

Bahasa ibu adalah bahasa asli, bahasa pertama yang dituturkan oleh 'penutur asli'; bahasa pertama yang dipelajari seorang anak dari keluarganya. Bahasa Indung di Jawa barat yaitu bahasa Sunda. Secara serentak di seluruh dunia.

Diiringi dengan musik tradisional Sunda mengiringi tarian pangjajap, menjadi bagian dari tradisi yang diperkenalkan oleh generasi muda saat ini, ditambah lagi penataan panggung outdoor dengan desain bambu, pencahayaan obor dan ada berbagai jenis anyaman. Kegiatan ini hadir dalam rangka menyambut Festival Budaya yang diselenggarakan oleh Ikatan Pemuda Pelajar dan Mahasiswa Kuningan (IPPMK) wilayah Jadetabek dengan tema Pangeran Wawacan Menggali Kekayaan Sastra Sunda.


Beragam atraksi kesenian termasuk suguhan alat musik tradisional sunda meriahkan Festival Pabaru Sunda. Festival ini berhasil menarik perhatian dalam upaya menggali lebih dalam tentang kekayaan sastra Sunda. Acara yang diisi dengan Diskusi Publik Meruwat dan Merawat Bahasa Daerah melalui pemuda pemudi di Era Modern, dibuka oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Kuningan, Dr. Dian Rachmat Yanuar, M.Si. Berlangsung di RM. Kopi Hawu pada Minggu Malam (20/8/2023). Dengan menghadirkan Narasumber Dr. Tendi, S.Pd, ST. Sejarawan, Emup Muplihudin, S,Pd, Kabid Kebudayaan, Opah Ropiah, M.Pd Dosen STKIP Muhamadiyah Kuningan.

Sekretaris Daerah Kabupaten Kuningan, Dr. H. Dian Rachmat Yanuar, M.Si, menyampaikan pentingnya merawat dan melestarikan bahasa daerah di era modern, terutama melalui peran pemuda pelajar dan mahasiswa. Beberapa poin utama yang dia sampaikan meliputi, bahwa Indonesia memiliki multi kultural dan ragam budaya termasuk bahasa daerah seharusnya diapresiasi bersama, karena hal ini merupakan kekuatan suatu bangsa.

Selain itu, pentingnya mengatasi rasa malu dalam berbahasa ibu, serta keprihatinan terhadap fakta bahwa generasi milenial cenderung merasa malu untuk menggunakan bahasa daerah. Jika pelestarian bahasa daerah tidak dilakukan, maka bahasa tersebut dapat menghadapi kepunahan. Disinilah pentingnya menjunjung tinggi adat istiadat dan bahasa indung.

“Persepsi yang salah bahwa hanya bahasa asing yang penting, tanpa memperhatikan pentingnya mempertahankan bahasa daerah. Ini harus seimbang agar bahasa daerah tidak terlupakan, dan terdapat sekitar 700 bahasa daerah di Indonesia, termasuk Bahasa Sunda. Oleh karena itu, penting untuk menjaga dan melestarikannya, karena bahasa daerah menyimpan makna sebagai bagian dari jati diri suatu daerah,” jelasnya.

Sekda Dian juga memberikan apresiasi, keberhasilan IPPMK dalam menyelenggarakan kegiatan seperti ini merupakan harapan baru dalam pelestarian bahasa daerah. Bahasa daerah perlu dilesarkan kembali di mana pun kita berada, sebagai bentuk cinta terhadap warisan budaya.

Sementara Alfath Hidayatullah Ketua IPPMK wilayah Jadetabek, mengungkapkan rasa syukur atas terselenggaranya Festival Budaya yang melibatkan berbagai kegiatan, termasuk lomba esai, lomba nyanyi Pop Sunda, dan diskusi publik. Yang mana tujuan acara ini adalah mendorong pemuda dan mahasiswa untuk menjaga dan mempertahankan kekayaan bahasa daerah, terutama di era modern yang penuh gejolak modernisasi.

“Diskusi ini memberikan kesempatan untuk membahas pentingnya melestarikan bahasa daerah di era modern. IPPMK berkomitmen untuk terus membangkitkan kesadaran akan warisan budaya dan bahasa daerah dalam menghadapi perkembangan zaman yang dinamis,” ungkapnya. Yusup Oblet dan Iim juga hadir sebagai dewan pembina IPPMK.

Selanjutnya, Dewan Pembina, Adang Romadona, mengatakan bahwa meskipun acara ini sederhana. Namun, memiliki makna yang dalam dan memberikan kontribusi penting. Acara ini menjadi pengingat bahwa di mana pun kita berada, harus tetap menghormati dan memberikan pengabdian kepada daerah, sesuai dengan peran masing-masing. Ia juga mengingatkan pentingnya menjaga budaya adat Sunda dan sikap sopan, ramah, hormat terhadap orang tua. Pungkasnya


(Moris)